Perjalanan untuk Mendapatkan Beasiswa Program Doktor (S3) di Jepang, Part 1: PROLOG

 13 Desember 2021

Perjalanan saya untuk mendapatkan beasiswa S3 (Doctoral Degree) sebenarnya bukan perjalanan yang singkat dan tiba-tiba. Diskusi tentang lanjut studi ke jenjang Program Doktor sudah dilakukan oleh saya dan Professor bahkan sejak saya baru saja datang sebagai mahasiswa Master di Jepang. Jadi sebenarnya, saya sudah memutuskan untuk lanjut S3 di Lab yang sama sejak Master semester 1. Professor dan saya berdiskusi tentang biaya yang dibutuhkan untuk studi Doktor, karena beasiswa MEXT U to U saya hanya mengcover biaya studi dan biaya hidup hingga selesai S2.  Karena seleksi masuk S3 dilakukan bahkan sebelum saya sidang S2, dan Program Doktor langsung dimulai beberapa hari setelah saya wisuda, saya harus bisa mendapatkan beasiswa dalam rentang 2 tahun ini sebelum Program Doktor dimulai.

“How about your family?” tanya Professor. 

“No, sensei. I am on my own” jawab saya.

Professor menghargai jawaban saya, saya juga tidak ingin membebani keluarga, tetapi dengan konsekuensi saya harus mencari beasiswa untuk lanjut ke jenjang Doktor bahkan sejak saya studi Master. Saya sangat bersyukur diterima di Lab saya yang sekarang, karena Professor saya sangat baik dan bersedia membantu secara maksimal ketika saya mendaftar beasiswa, misalnya dengan membuatkan recommendation letter yang bagus.  

Dari sejak dua bulan lalu (1 Oktober 2021), Program Doktor sudah dimulai, tetapi saya belum memiliki beasiswa. Saya sudah beberapa kali gagal, dan walaupun saya memiliki tabungan dari beasiswa sebelumnya, saya tetap harus mendapatkan beasiswa untuk biaya studi dan biaya hidup selama 3 tahun kedepan.

Stress? Iya.

Tapi perjalanan ini seperti main game. Kalau gagal, ya coba lagi. Gagal lagi, ya belajar dari pengalaman kenapa bisa gagal, improve, coba lagi. Gitu terus sampai mendapatkan apa yang diharapkan. Sama kayak main game, kalau musuhnya kuat dan karakternya mati, ya level up dulu, pelajari kenapa gagal. Terus nyerang musuhnya lagi. Gitu terus sampai musuhnya mati.

Hingga di bulan November tanggal 18, saya mendapat email yang menyatakan bahwa saya lulus seleksi untuk mendapatkan beasiswa dari Tokai National Higher Education and Research System, Japan. Bahkan, beasiswa ini akan diberikan terhitung dari Oktober 2021, walaupun pengumuman seleksi baru diumumkan di bulan November. Beasiswa ini juga bukan hanya untuk biaya hidup perbulan, tetapi awardee juga mendapatkan uang riset per tahun yang jumlahnya banyak sekali.

Saya bersyukur, lega.

Saya jadi ingat kalau punya koleksi komik favorit, judulnya Eyeshield 21. Ceritanya tentang tiga orang sahabat satu SMP yang mendirikan klub American football dan bermimpi untuk bisa bertanding di tingkat nasional. Namun, hingga ketika SMA pun, mereka tidak memiliki tambahan anggota. Ketika mereka kelas 2 SMA, sedikit demi sedikit mereka mendapatkan anggota yang memiliki karakter unik, lalu berlatih dengan keras, dan akhirnya mereka bisa mendapatkan tiket untuk bertanding di tingkat nasional.  Salah satu anggota tim mengatakan kalau bisa mendapatkan tiket untuk bertanding di tingkat nasional adalah sebuah keajaiban. Tetapi, anggota tim yang lain mengatakan, bahwa kerja keras merekalah yang membuat keajaiban itu menjadi nyata.

Saya juga merasa bisa mendapatkan beasiswa ini adalah sebuah keajaiban, dan rezeki dari Tuhan. Tetapi, saya juga lah yang membuat keajaiban itu menjadi ada. Saya juga telah berjuang.

Akan ada beberapa bagian dari perjalanan untuk pada akhirnya saya bisa mendapatkan beasiswa Doktor yang akan saya tulis di sini. Semoga bisa untuk menjadi referensi bagi teman-teman, adik, kakak, yang ingin melanjutkan studi di luar negeri, terutama di Jepang. Semoga bermanfaat :)

Comments