Aku dan Pengalaman (Buruk) Mengikuti Workshop Bimbingan Studi Ke Luar Negeri
30 Januari 2023
Saya adalah orang yang tidak memiliki privilege untuk bisa studi lanjut ke luar negeri.
Akses?
MoU antar universitas?
Uang pribadi untuk kuliah dan biaya hidup?
None of them.
Sekitar tahun 2018, di tengah kebingungan karena tidak tahu harus mulai dari mana, tetapi benar-benar pengen studi lanjut, saya mendapat informasi tentang suatu perusahaan dan penerbit buku yang mengadakan workshop bimbingan studi ke luar negeri. Perusahaan ini juga waktu itu menerbitkan banyak buku tentang tips lolos beasiswa dan tips bagaimana bisa studi ke luar negeri.
Karena saya merasa buntu, saya tergiur.
Workshop ini satu paket dengan pelatihan dan pendampingan selama satu tahun sejak hari workshop, dibimbing secara substansial dan konseling untuk persiapan pendaftaran beasiswa maupun seleksi masuk universitas. Pendampingan ini katanya dilakukan oleh awardee-awardee beasiswa ternama yang sudah berpengalaman.
Perfect.
“Ikuti pelatihan ini, peluangmu lolos beasiswa akan meningkat ratusan kali lipat”, katanya.
“Bimbingan mulai dari pendaftaran, sampai keberangkatan”, katanya.
“Dijamin lolos beasiswa luar negeri”, katanya.
Jadilah saya menabung untuk bisa mengikuti workshop ini. Ada beberapa tipe paket, ada yang sampai menginap semalam di hotel untuk memaksimalkan pelatihannya, waktu itu harganya sekitar 4 jutaan (iya mahal banget buset). Karena saya hanya punya sedikit uang, saya pilih workshop di Semarang (yang dekat) yang tidak sampai menginap di hotel, dengan harga 1 juta rupiah.
Workshop ini diadakan setelah saya lulus, jadi saya sudah tidak nge-kost lagi di Semarang. Jadi saya juga harus menabung lebih untuk biaya makan dan sewa kost semalam di dekat tempat workshop.
Apakah semua ini worth it?
Well, bagi saya yang waktu itu tidak tahu apa-apa,
dan katanya bakal dibimbing selama setahun, saya pikir semua ini worth it.
Saya datang ke workshop dengan semangat 45, only to find out yang datang workshop cuma 4 orang. Saya yang saat itu berpikir positif, mungkin sengaja kuotanya sedikit supaya maksimal kali ya pelatihannya. Lalu, pengisi pelatihan saat itu adalah penerima beasiswa terkenal untuk studi di UK, keren kan, iya, saya juga berharap banyak karena sudah bayar.
Selama workshop seharian, narasumber memang memaparkan hal-hal penting untuk persiapan studi ke luar negeri. Saya jadi merasa punya panduan dan starting point. Oke, saya merasa workshop ini sesuai sama ekspektasi saya, walaupun pemaparannya masih general. Maksudnya general gimana? Ya cuma poin-poin penting yang perlu dipersiapkan apa saja, tidak secara spesifik persiapan untuk pendaftaran beasiswa X atau persiapan untuk pendaftaran seleksi masuk universitas A.
Saya jadi berekspektasi dan bergantung pada janji panitia workshop tersebut untuk membimbing saya selama satu tahun. Ketika workshop selesai, saya diberi kontak narasumber, diberi pesan bahwa saya bisa menghubungi beliau terkait persiapan untuk pendaftaran beasiswa (tentang persyaratan, penulisan essay, motivation letter, apapun). Saya pulang dari workshop dengan penuh harap, kalau memang workshop ini adalah perantara untuk saya bisa studi lanjut. Saya merasa bahwa, saya, yang enggak punya apa-apa ini mungkin memang bisa berangkat.
Hingga ketika mencoba menghubungi narasumber tersebut, saya merasa ada sesuatu yang enggak beres. Yang pertama adalah ketika saya mencoba menghubungi, respon beliau lama. Saya tahu kalau beliau sibuk, tapi saya sudah membayar dengan biaya yang tidak sedikit, dan beliau sudah bersedia untuk mendampingi. Yang kedua, ketika sudah berhasil menghubungi dan mengirim apa yang perlu dicek, komentar dan sarannya terkesan half-hearted, tidak sungguh-sungguh.
Ketika saya gagal LPDP, dan mulai bingung apa yang harus dilakukan selanjutnya, saya mencoba menghubungi beliau karena waktu bimbingan yang dijanjikan bahkan belum ada dua bulan.
Dia menghilang.
Sekalinya menjawab chat saya, jawabnya half-hearted, seenak sendiri.
Cukup, I am done with this.
Saya berhenti menghubungi pembimbing. Saya membiarkan diri saya kecewa, sedih, marah dulu, lalu mulai menata kembali. Saya mulai mencari informasi di google pelan-pelan, dan menyiapkan persyaratan untuk mendaftar seleksi masuk universitas. Sendiri.
Dan sejak saat itu, saya belajar untuk tidak langsung percaya iming-iming workshop seperti ini lagi.
***
Tahun lalu sekitar tahun 2022, saya iseng buka group facebook workshop ini. Isinya teman-teman yang ikut workshop, para “pembimbing” dan panitia. Saya juga sempat cek di google sebelumnya tentang perusahaan yang mengadakan workshop ini, sepertinya sudah bangkrut (sukurin, eh).
Dan kalian tahu? Mereka berantem di group facebook.
Jadi ceritanya, banyak teman-teman yang ikut workshop (baik yang harga biasa maupun yang mahal), meminta uang mereka dikembalikan karena mereka merasa tidak menerima bimbingan sesuai yang dijanjikan. Mereka juga pada akhirnya tidak bisa lanjut studi ke luar negeri. Masalahnya adalah staff perusahaan ini pada tutup mata dan tutup telinga, “kabur” tanpa mengembalikan uang peserta. Para peserta marah-marah, eh malah para pembimbingnya bilang kalau waktu pembimbingannya hanya satu tahun, ini sudah lebih dari satu tahun, seharusnya para peserta memaksimalkan waktu satu tahun itu. Mereka juga bilang kalau para peserta juga harus aktif, tidak hanya bergantung pada pembimbing.
Like, what?
Pembimbingnya aja enggak bisa dihubungi, ngasi advice setengah hati, haha.
Setelah itu, pembimbingnya bilang kalau saat ini, jika masih ingin dibimbing, silakan menghubungi kami para pembimbing, nanti kami bimbing untuk persiapan studi lanjut. Para peserta (dengan misuh-misuh dan capslock jebol), bilang kalau it’s too late, sudah terlambat, karena mereka ingin lanjut studi itu 5 tahun lalu, saat ini mereka pasti sudah bekerja, mereka hanya menginginkan uang mereka kembali.
Saya tidak tahu akhir ceritanya bagaimana, karena tidak ada update lagi di group tersebut. Sepertinya ada yang akhirnya menerima refund, ada yang tidak.
Dan saya bersyukur karena saya akhirnya bisa studi lanjut, walaupun merasa kecewa dan kehilangan uang yang enggak sedikit waktu itu.
Buat teman-teman yang ingin studi lanjut, saat ini, akses informasi jauh lebih mudah didapatkan dibandingkan 5 tahun lalu. Jadi, dapatkan informasi dari internet atau tanya awardee yang teman-teman tahu dari media sosial dahulu. Jangan langsung tergiur dengan workshop-workshop mahal yang menjanjkan teman-teman pasti bisa berangkat, yang belum tentu terjamin kredibilitasnya.
Karena mimpi
teman-teman untuk studi lanjut itu sangat berharga.
Comments
Post a Comment