Aku dan Obrolan Dua Makhluk Polyglot
Tulisan ini hanya ditulis supaya momen lucu hari itu (17 Maret 2023) tidak terlupakan. Jadi saya punya teman dari Fakultas seberang, Graduate School of Science, Department of Chemistry, yang sama-sama tergabung dalam G30 international program dan GTR program. Namanya Chaoqi, asalnya dari China. Kami dari sejak Master tahun pertama, sering ambil kelas yang sama, juga sering ikut seminar / event GTR yang sama. Setelah beberapa waktu enggak ketemu karena sama-sama sibuk dan kelas sudah habis, kemarin kami ketemu di seminar yang sama, dan hari ini, kami kebetulan ketemu lagi ketika harus mengumpulkan berkas untuk tuition fee exemption application.
Chaoqi, dan saya, sama-sama mahasiswa internasional yang bahasa pengantar di kelasnya pakai Bahasa Inggris, tetapi keseharian di laboratorium harus bisa Bahasa Jepang. Lucunya, ketika kami ngobrol, awalnya memang pakai Bahasa Inggris yang masya Allah fasih sekali like a native, tapi lama-lama jadi campur-campur Bahasa Inggris dan Jepang.
Hari itu, saya harus mengumpulkan berkas untuk dapat tuition fee exemption setelah registrasi secara online. Setelah mendapatkan beberapa berkas yang harus diambil di ward office (semacam kantor kecamatan), saya langsung balik ke kampus untuk mengumpulkan berkas tersebut.
Saat akan mengumpulkan berkas-berkas itulah, saya ketemu Chaoqi di koridor gedung.
“Chaoqi! It’s been a while!” Saya
menyapa duluan sambil lambai-lambai tangan.
“Hey, Nurma!” Dia balas sapaan saya
sambil lambai-lambai juga.
“Are you going to submit the
documents for the exemption too?”, tanya saya.
“Yeah, but actually my reservation
was over. I went to the ward office to get some documents that I forgot to
submit this morning, and now here I am, coming back to submit them.”
“Hahaha 大変
(hahaha
kasian).” kata saya.
Dia mengiyakan sambil ketawa dan
geleng-geleng.
Setelah itu kami mengurus dokumen masing-masing di meja yang berbeda. Karena saya memang reservasinya siang dan dokumen yang harus dicek banyak sekali, saya berpikir kalau Chaoqi sudah pulang duluan karena dia hanya kembali ke kampus untuk mengumpulkan kekurangan dokumen, yang pastinya memakan waktu lebih cepat.
Tapi setelah saya selesai verifikasi dokumen, saya lihat Chaoqi duduk leyeh-leyeh di kursi belakang dekat pintu keluar. Saya menghampiri dia.
“Hey, why are you still here?” tanya
saya.
“Waiting for you to finish”, jawab
dia sambil ketawa.
“You don’t have to, actually, 帰っていいのに
(padahal
kamu gapapa kalo pulang duluan)”
“いや、今から研究室に戻らなきゃ
(santai,
habis ini juga aku harus balik ke laboratorium)”
“ああそっか、じゃあ行こか? (oh gitu, yaudah yuk?)”
Tiba-tiba jadi switch ke Bahasa jepang.
Kami jalan-jalan di sekeliling kampus, kebetulan cuaca akhir-akhir ini pas, enggak panas karena belum masuk musim semi, enggak dingin juga karena musim dingin udah mau selesai. Ditambah angin sepoi-sepoi, pas banget buat jalan-jalan di sekeliling kampus yang banyak pohonnya, asri, rindang, bareng teman dekat yang udah lama enggak ketemu. Perfect.
“Are you going to participate in 学会
(conference)
this spring?” Dia membuka pembicaraan duluan, sudah mulai dengan Bahasa yang
campur-campur.
“Yeah” jawab saya.
“Which one?”
“日本化学会
(Chemical
Society of Japan) and 電気化学会 (Electrochemical
Society of Japan), 両方 (dua-duanya)”,
jawab saya dengan Bahasa yang campur-campur juga.
“How about you?” saya tanya balik.
“日本化学会,
we attend the same 学会? I can attend your
presentation, give me your schedule!” seru dia.
“I also can attend your presentation, give yours too!” saya ikut excited karena kami akan presentasi di conference yang sama.
Terus kami saling ngasih tahu schedule presentasi masing-masing. Obrolan kami terus lanjut seputar conferences, international conferences, tentang research, tentang daily life di laboratorium masing-masing, tentang hal-hal remeh yang enggak ada hubungannya dengan research dan study, dan masih banyak lagi.
Enggak kerasa, kami jalan sudah beberapa lama, dan sampai di taman kampus yang ada Starbucksnya.
Iya, ada Starbucks di dalam kawasan kampus kami, HEHE.
“Wanna stop by Starbucks before going
back to lab?”, tanya saya, karena Starbucks ada di jalan searah ke lab.
“Hmmm but I drank too much coffee
recently” kata dia.
“You can buy non-coffee drinks.”
“行こか?!”
Jadilah kami ke Starbucks.
Sambil antri dia banyak ngobrol, salah satunya:
“僕4月ぐらいに国に帰ります。(aku
mau pulang ke negaraku bulan April ini)”, kata dia.
“何年ぶり?(udah
berapa lama enggak pulang?)” tanya saya.
“三年半ぶり
(3.5
tahun enggak pulang), how about you?”
ああ、同じです、4月まつぐらいに国に帰ります!ちょど学会も終わるし、私も3年半ぶりです!!
そうね。 学会も終わるし。
Do you get 春休み?
Yes! And with 春休みand
ゴールデンウィークを合わせて3週間ぐらい休みもらった!
How about you? 春休みがありますか?(Di
lab kamu, ada libur musim semi enggak?)
僕の研究室には春休みがない。(Enggak
ada libur musim semi di labku).
“ウソ!
Then how can you get holidays to come back to your country?”, tanya saya.
“Well, I begged to my professor
because I never go back to my country since I came to Japan 3.5 years ago.
Recently I haven’t gotten much new data (of my research) though, I am kind of
worried about my 学会 (conference),
like, I already did nothing for like three weeks because I stuck in my
experiments.”, dia nyerocos.
“Well, doing nothing is okay though,
we doctoral students need some break anyway, so I think it’s okay to have some
rest. And hey, our professors will do something, right? If something happens
with our experiments.”
“Hahahhaa yeah, you are right. Well, I am going to enjoy my vacation then!”
Tanpa kami sadari, hanya tinggal satu orang yang antri di depan kami.
“ね、出してもいいですか?
(aku mau traktir boleh enggak?)” Tanya saya.
“Why?” Dia balik tanya.
“Because I want to” jawab saya.
“Okay then, お言葉に甘えて (aku terima traktirannya)”, jawab dia sambil ketawa.
Seperti biasa, saya pesan matcha Frappuccino, teman saya pesan tea-based drink.
Kami jalan ke arah jalan raya sambil ngobrol-ngobrol lagi, terus pisah di dekat traffic light karena lab dia ada di sisi lain kampus, dan harus menyeberang. Setelah say see you later, dia lari menyeberang untuk balik ke labnya. Saya juga jalan balik ke lab saya, tanpa menyeberang, karena lab saya ada di sisi kampus yang sama dengan starbucks.
Sambil jalan, saya merasa berysukur. Karena saya datang ke sini, saya jadi punya banyak teman baru, bisa belajar Bahasa baru yang dengan Bahasa baru itu jadi bisa ngobrol, bisa punya teman dekat, yang akan selalu saya ingat “oh saya punya teman seperjuangan” kalau sedang capek atau risetnya stuck. Kampus jadi serasa rumah, karena tiap pergi ke suatu tempat di kawasan kampus, pasti ada kemungkinan ketemu teman yang bisa saling disapa, saling diajak ngobrol, saling menyemangati, saling ngegosipin Professor masing-masing, ehh.
Walaupun saya sering sok-sokan ngaku introvert (saya INFJ by the way) dan lebih suka suasana yang tenang buat menyendiri, pada akhirnya, mungkin kita tetap butuh suatu relationship dengan orang lain. Mungkin kita tetap butuh small talk dengan orang lain, butuh disemangatin, butuh ngobrolin hal-hal dari SDGs sampai kenapa sushi itu enak.
Karena mungkin, bukan hanya kamu, teman kamu yang kamu ajak bicara juga merasa “you made my day”.
:)
Comments
Post a Comment