Aku dan SALJU
Sejak kecil, saya ingin melihat salju dan merasakan musim dingin. Sering menonton film dengan latar musim dingin, membaca novel petualangan, fantasy, atau perjalanan yang ada salju atau musim dinginnya, membuat saya ingin tahu, bagaimana rasanya pakai pakaian hangat ketika cuaca dingin, bagaimana rasanya bermain salju, membuat boneka salju, hingga pikiran saya berkelana terlalu jauh, bagaimana rasanya main ski atau snowboard.
Karena Indonesia adalah negara tropis dengan hanya dua musim, kemarau dan hujan, saya mungkin harus pergi ke negara lain yang memiliki empat musim. Bagi saya waktu itu, hal ini hampir tidak mungkin untuk dilakukan. Well, mimpi enggak dosa kan ya? Hehe.
Beberapa tahun kemudian, saya mendapat kesempatan untuk pergi ke Sapporo, Hokkaido, saat S1 tahun kedua. Saat itu, saya pergi dengan pakaian seadanya, tanpa tahu kalau ada tipe baju inner yang tipis tapi hangat di Jepang. Saat itu, saya hanya memakai inner biasa, dan outer atau sweater, yang bukan winter coat. Sepatu juga sepatu sneakers biasa. Saya enggak tahu, kalau ternyata musim dingin di Sapporo, yang terletak di prefektur paling utara di Jepang, suhunya bisa mencapai minus sekian derajat Celsius, dengan jalanan yang sangat licin.
Saya, kedinginan.
Saya, sering jatuh terpeleset.
Pengalaman pertama saya dengan musim dingin malah hal-hal yang buruk, hahaha.
Saat
itu, saya dapat kesempatan buat mengunjungi Yuki Matsuri di Sapporo. Yuki
Matsuri di Sapporo ini sangat terkenal di Jepang, bahkan dunia. Biasanya
diadakan sekitar awal Februari, diadakan di beberapa tempat: Odori Park,
Susukino, Tsudome. Di festival ini banyak yang bikin snow sculpture
besar-besar, biasanya tema tiap tahun berbeda. Terus kalau malam sculpturenya
disinari lampu warna-warni, jadi cantik dan magical. Ada juga tempat
main anak-anak yang wahananya terbuat dari salju, terus ada juga meja berjejer
dilengkapi kaca pembesar, terus kita bisa melihat bentuk snowflakes yang
jatuh secara langsung. Selain itu, ada juga yatai (food stall) yang
jualan jajanan khas Jepang.
Seru bangett!
Walaupun banyak serunya, pengalaman pertama merasakan musim dingin dan salju sepertinya kurang memuaskan karena kurangnya persiapan. Saat itu, saya jadi ingin lanjut studi ke negara yang memiliki empat musim supaya bisa ketemu musim dingin dan salju lagi.
Lalu, saya diterima di Nagoya University. Dengan hati yang berdebar-debar, saya datang ke Nagoya tepat saat musim gugur, jadi sebentar lagi musim dingin. Saya excited banget buat nunggu musim dingin dan salju, bahkan bilang kalau paling suka musim dingin soalnya ada saljunya, padahal belum pernah merasakan musim yang lain.
Terus
teman lab saya bilang:
“Eh
tapi, Nagoya hampir enggak pernah turun salju pas musim dingin”
ガーン… (syok, kaget, kecewa)
“Malah
banyak hujannya”
ガーン…ガーン…
“Hanya
dingin saja, enggak ada salju, banyak hujan, anginnya kenceng banget”
Huhuhu, sudah cukup :’(
Jadi, saya baru tahu, kalau ternyata enggak semua daerah di Jepang turun salju saat musim dingin. Semakin ke utara, semakin banyak turun salju dalam waktu yang lama, makanya di Sapporo saljunya banyak. Karena Nagoya posisinya di tengah, jadi hampir enggak pernah turun salju. Kalaupun turun salju, hanya satu atau dua hari selama beberapa bulan musim dingin, itu saja turunnya mungkin malam hari, terus pas menjelang siang udah mencair saljunya.
Ya sudah, enggak apa-apa.
Tahun-tahun awal ketika saya datang ke Nagoya, saya masih berharap salju turun saat musim dingin. Hingga pada suatu pagi, di penghujung tahun 2020, saya terbangun dari tidur gara-gara teman saya telepon.
“Assalamu’alaikum
kak, turun salju lhoooh!”
HAAH?
Saya,
yang jiwanya belum ngumpul ini kaget dan langsung lihat keluar.
Loh
iyaa, turun salju, di Nagoya!
Kami
langsung janjian ketemu di kampus, terus saya main sama dia, foto-foto di
sekitar kampus, sebelum saya harus berangkat ke lab jam 9 pagi.
Saat itu, saya seneng banget, soalnya akhirnya bisa ketemu salju dengan pakaian yang proper, bisa foto-foto, bisa merasakan dinginnya salju sama musim dingin tapi pakai pakaian hangat.
Salju itu cantik banget. Warnanya putih bersih. Pas lihat salju turun, rasanya seperti melihat sesuatu yang magical. Butirannya kecil-kecil, turun pelan-pelan dari langit. Waktu kena muka atau kulit, langsung mencair dan menimbulkan sensasi dingin dan basah, seperti kena air hujan, tapi lebih dingin. Kalau nyentuh salju yang sudah menumpuk, rasanya mirip seperti pegang es serut, lembut, dingin, dan menyenangkan.
![]() |
| Salju yang turun di sekitar Nagoya University. Iya, cuma seuprit memang. |
Di musim dingin tahun itu juga, saya diajak teman-teman dan berkesempatan pergi mencoba snowboard untuk pertama kali. Karena lokasinya lumayan dekat (sepertinya di Gifu, saya agak lupa), bisa ditempuh dengan bus sekitar 3 jam, kami berangkat pagi dan pulang sore tanpa menginap. Saya hanya pakai pakaian hangat biasa yang dipakai sehari-hari, termasuk sarung tangan dan kaus kaki. Kami menyewa outer, sepatu, dan papan snowboard di sana. Seharusnya saya bawa goggle, dan seharusnya juga pakai inner, sarung tangan, dan kaus kaki yang lebih proper/lebih hangat. Soalnya, perlengkapan yang saya pakai ternyata kurang tebal dan tidak cukup menahan dingin.
Dengan perlengkapan seadanya, kami mendaftar untuk ikut kelas pemula. Kelasnya menyenangkan, dan instrukturnya baik banget ngajarin satu-satu secara detail. Dari mulai cara pakai sepatu, cara memasang sepatu ke papannya, cara berdiri yang benar, pose saat meluncur, cara mengatur kecepatan meluncur, cara mengerem, bahkan sampai diajari bagaimana cara jatuh biar enggak terlalu sakit, dan bagaimana cara berdiri lagi setelah jatuh. Setelah itu, kami diminta mencoba meluncur di tempat yang disediakan untuk anak-anak. Tempat meluncur untuk anak-anak ini jalurnya landai, jadi pas untuk pemula dewasa juga. It was fun.
Setelah
puas meluncur di tempat anak-anak dan merasa cukup jago untuk bisa meluncur
dari tempat yang disediakan untuk pemula dewasa, teman saya mengajak untuk naik
ke atas pakai lift. Liftnya ini, ternyata, enggak ada
pegangannya. Kita cuma duduk gitu berempat, terus liftya naik ke atas. At
that time, I realized, kalau saya phobia tempat tinggi. Saya takut
parah, dan kepala saya berisik, bilang lompat lah, jatuh lho, enggak ada
pegangannya lho geser sedikit jatuh, dan lain-lain. Saya, pegang tangan teman
saya, erat banget, sambil memejamkan mata. Teman saya menenangkan saya selama
perjalanan, huhu terima kasih. Sampai di atas, saya dan teman-teman saya takjub
sama pemandangannya.
Uh… well… it’s worth it… I think?
Setelah puas melihat pemandangan dan foto-foto, saya, walaupun masih ragu-ragu, mulai meluncur pelan-pelan.
Terus beberapa detik kemudian langsung jatuh.
Teman saya, tanpa jatuh, dia bisa meluncur pelan-pelan.
She seems to enjoy it.
Saya langsung ingat cara berdiri setelah jatuh yang diajarkan di kelas, lalu mencobanya.
Saya bisa berdiri, terus mulai meluncur lagi pelan-pelan.
Terus jatuh lagi.
Terus berdiri lagi.
Terus meluncur lagi.
Gitu terus sampai bawah.
Saya berhasil meluncur sampai bawah, walaupun dengan peralatan seadanya, lebih sering jatuh daripada meluncurnya sih, meluncurnya juga pelan-pelan. Saya enggak menyerah. Saya tetap memutuskan meluncur sampai bawah.
Yeey.
Setelah istirahat sebentar, kami beres-beres, mengembalikan peralatan yang disewa, lalu pulang dengan bus dengan tujuan akhir Nagoya Station. Kami lalu makan di restoran India halal, terus pulang ke rumah masing-masing.
まんぞく。(puas)
Besoknya badannya sakit semua, hehehehe.
Dua tahun berikutnya, karena saya sudah pernah merasakan main snowboard, saya pengen coba main ski. Kebetulan, tempat ski yang akan saya kunjungi ini collab dengan Pokémon (tempatnya di Kashimayari Snow Resort, Nagano). Jadi di tempat ski nya itu ada bagian yang collab, dan ada tempat bermain seluncurannya gitu. Jadi rencananya pagi berangkat, check in penginapan, sore main di tempat yang collab dengan Pokémon, terus besoknya dari pagi main ski.
Berangkat naik bus pagi, terus menikmati perjalanan sambil lihat keluar. Sempat berhenti di rest area, lalu lanjut perjalanan lagi. Sampai di tempatnya siang, karena lapar, kami makan udon di warung dekat tempat pemberhentian busnya. Ehh, di depan warung udonnya itu ada kucing lucu.
![]() |
| Langkah-langkah mengelus kucing dengan baik dan benar. |
Jadilah malah mainan kucing. Setelah itu kami jalan sampai ke penginapannya. Di tempat ini beda sama Nagoya, semuanya tertutup salju. Cantik, dingin.
Setelah sampai
di penginapan dan beres-beres, kami menunggu taksi khusus yang akan mengantar
ke tempat ski nya. Sampai di tempat ski nya, kami langsung menuju
tempat main yang collab sama Pokémon. Kami naik ke bagian atas
gundukan salju sambil bawa snow tube / sledding tube. Kita enggak
jalan ya, berdiri saja gitu kayak moving walkway / conveyor di airport.
Terus sampai di atas, kita naikin snow tubenya terus meluncur ke bawah.
Whiiiii. Sudah sampai di bawah, saya ambil tube nya lagi, naik ke atas
lagi, meluncur lagi. Sepanjang sore, saya main di sini, berkali-kali meluncur.
Whiiiii. Kami balik ke penginapan ketika hari sudah menjelang malam, terus
istirahat soalnya besok harus pergi pagi-pagi.

Besoknya, kami sudah siap untuk ski. Kali ini perlengkapan saya sudah proper: inner baju dan celana heattech yang ultra warm, goggle, sarung tangan, dan kaus kaki khusus untuk ski. Outer untuk baju dan celananya masih harus sewa, sekalian sama alat ski nya. Karena saya belum pernah main ski, saya diajarin sama teman saya yang sudah jago di tempat yang landai dan memang untuk beginner. Walaupun kata orang-orang ski lebih gampang dari snowboard, ternyata, bagi saya, ski lebih susah daripada snowboard. Boardnya dua, ada dua stik yang harus dipegang, lalu posenya juga harus sesuai biar enggak meluncur terlalu cepet. Cara ngeremnya juga susah, harus mengubah pose meluncur dan pakai stik yang di tangan, dan itu berat. Jadi saya lebih banyak jatuhnya daripada meluncurnya, hehe.
Setelah beradaptasi dengan peralatan ski dan berlatih selama beberapa jam, saya memutuskan untuk ikut teman saya mencoba meluncur di tempat yang agak tinggi. Saya lupa kalau untuk ke tempat ski tersebut, kami harus naik lift. Liftnya yang ini juga ENGGAK ADA PEGANGANNYA.
Selama naik lift, saya pegangan teman saya dengan erat.
Pas
sudah sampai di atas, SAYA TAKJUB SAMA PEMANDANGANNYA.
Udahlah saya di atas sini aja enggak usah meluncur ke bawah.
Setelah
mengumpulkan keberanian yang memang dari awal cuma seuprit, saya meluncur.
Yup, seperti prediksi kalian, saya lebih banyak jatuhnya daripada meluncurnya.
Setelah
makan, istirahat, foto-foto dan mengecek toko souvenir, kami mengembalikan
peralatan rental dan menunggu bus untuk kembali ke penginapan. Setelah sampai
di penginapan, kami beres-beres, terus langsung check out karena harus mengejar
jadwal bus untuk kembali ke Nagoya. Sambil menunggu busnya datang, kami
menemukan toko cake kecil, pesan pudding dan cheesecake dengan taburan
gula halus berbentuk snowflake di atasnya, lalu makan.
Tinggal pulang, mandi air hangat, istirahat.
Perfect.
Setelah mencoba snowboard sekali dan ski sekali, saya menyimpulkan:
Snowboard dan ski itu olahraga, bukan
untuk sekedar main-main pas liburan.
Peralatannya berat, harus punya stamina yang bagus buat menjaga keseimbangan tubuh ketika meluncur, dan juga harus kuat berdiri lagi setelah jatuh.
Dan sepertinya, saya enggak akan snowboard atau ski lagi. Huhu. Seru siihhh, but still…
Saya memilih meluncur pakai snow tube aja di area bermain anak-anak, hehe.
Tiga tahun pertama saya di Jepang, saya suka banget sama salju dan musim dingin. Suka banget main di salju, mainan salju, foto-foto, bahkan heboh pengen nyoba snowboard atau ski.
Masuk musim dingin tahun keempat, saya lebih suka melihat salju yang turun dari jendela, dari dalam kamar dengan penghangat, selonjoran di atas tempat tidur dalam selimut, sambil nonton Netflix dan minum coklat panas. Kalau saljunya turun lebat terus numpuk di beranda, baru keluar ke beranda buat bikin boneka salju kecil-kecilan. Rasanya tahun keempat dan tahun kelima saya di Jepang ini badan saya terlalu lelah untuk pergi keluar apalagi cuacanya sangat dingin.
![]() |
| Pikachu Yuki Daruma! |
Kalau dipaksakan keluar, takutnya nanti malah masuk angin. Hahaha.
Mungkin karena ini tahun-tahun terakhir studi Doktoral, jadinya kerjaan banyak, under pressure, pikiran enggak tenang, badannya jadi terlalu capek. Mungkin nanti kalau segalanya sudah selesai, sudah agak senggang, pengen banget main-main salju lagi, atau pergi ke tempat yang banyak saljunya saat musim dingin. Atau mungkin main snowboard lagi.
Can’t
wait for those days to come!
Terima kasih sudah membaca!




























Comments
Post a Comment