Tentang Per-paper-an
10 Juni 2025
Wahh, sudah lama sekali saya tidak menulis di blog. Padahal banyak sekali hal yang ingin saya ceritakan, saya tulis. Sayangnya beberapa bulan terakhir ini saya hectic sekali. Alasan utama saya akhir-akhir ini hectic hanya satu, dan itu akan menjadi topik tulisan saya kali ini.
Yup. Paper.
Paper yang saya maksud di sini adalah istilah untuk research
article atau artikel ilmiah yang diterbitkan di jurnal, baik domestik
maupun internasional. Isinya adalah publikasi dari riset yang dilakukan. Bagi manusia-manusia
yang bekerja di bidang riset dan akademik, sebagai mahasiswa doktoral atau sebagai
dosen atau peneliti (terutama di Jepang), karirnya banyak bergantung dari seberapa
banyak publikasi yang dihasilkan dan seberapa tinggi impact factor
jurnalnya. Publikasi ini perlu dilakukan untuk mengomunikasikan hasil riset
kita ke dunia, ke banyak orang, siapa tahu riset kita bisa berkontribusi di
bidang sains dan akademik, atau mungkin bisa digunakan untuk mengatasi masalah
yang ada. Saya studi dan bekerja di bidang materials chemistry
spesifiknya tentang nanomaterials, jadi kalau seseorang punya banyak paper
terbit di Journal of the American Chemical Society (JACS), Nature,
Angewandte Chemie, Advanced Materials, atau jurnal lain dengan impact
factor lebih dari 10, orang tersebut akan dihormati. Cuma punya paper
dengan jurnal impact factor lower than 4? Uhm… agak malu mungkin ya...
Impact factor ini penting karena
menunjukkan seberapa sering artikel-artikel yang terbit dalam jurnal tersebut
dikutip/disitasi, yang mencerminkan pengaruh dan reputasi jurnal di bidangnya.
Dulu, ketika saya baru datang ke laboratorium milik Prof. T ini, saya menganggap lab ini keren banget. Fasilitas riset lengkap baik bahan kimia, glasswares, dan equipment, semua ada. Tema risetnya juga advanced, inovatif, dan visioner. Tetapi seiring berjalannya waktu, saya menyadari kalau lab ini jarang banget publish paper di jurnal yang impact factornya tinggi. Ada sih satu dua… tetapi itu juga zaman dulu banget dan hasil kolaborasi dengan Professor dari universitas lain, bukan yang ide orisinal dari lab ini sendiri. Alasannya? Mungkin karena hampir tidak ada mahasiswa yang lanjut ke Program Doktor. Jadi, data eksperimen yang digunakan untuk menulis paper biasanya diambil dari riset mahasiswa Bachelor tahun ke 4 atau Master yang sudah lulus, jadi yang nulis harus dosen-dosennya. Kalau butuh eksperimen tambahan, hampir tidak bisa dilakukan karena mahasiswanya sudah tidak ada di lab. Jadi mungkin dengan data yang apa adanya itu, sulit untuk submit ke jurnal dengan impact factor tinggi. Kalau ada mahasiswa Doktoral kan, dia yang eksperimen, dia juga yang menulis, dan kalau diperlukan eksperimen tambahan, dia bisa langsung ngerjain.
Nah, sebagian besar universitas di Jepang mengharuskan mahasiswa Doktoral untuk menerbitkan paper di jurnal sebagai syarat kelulusan. Jumlah paper yang harus terbit tergantung kebijakan Professor masing-masing lab, Department, dan universitas. Ada yang hanya mengharuskan terbit satu paper tapi harus Nature, atau Angewandte Chemie. Ada yang mengharuskan terbit dua paper tetapi tidak peduli dengan impact factor jurnalnya, yang penting terbit, dan lain-lain. In my case, Department of Materials Chemistry mengharuskan saya menerbitkan dua paper untuk syarat kelulusan Program Doktor, tanpa peduli impact factor jurnalnya. HOWEVER, Professor saya meminta tiga paper dalam rentang lima tahun saya studi dari Master sampai Doktoral.
Saya belajar banyak tentang proses publikasi paper selama saya studi di lab ini. Mulai dari awal, saya diskusi dengan Professor tentang topik riset yang bisa dilakukan. Lalu dari topik tersebut, dikerucutkan tentang ide dan keterbaruan apa yang bisa dicapai, seberapa besar kontribusi risetnya di bidang nanomaterials, metode sintesisnya bagaimana, karakterisasinya bagaimana, lalu aplikasinya apa. Saya melakukan eksperimen, menganalisis data, menulis report dan melaporkannya tiap minggu. Setelah sekitar satu tahun eksperimen dan mulai kelihatan hasilnya, saya mulai mengumpulkan data terbaik, menentukan alur cerita dan findings dari riset kami, lalu mulai menulis paper.
BUT, everything is not as smooth as expected.
Banyak eksperimen yang gagal. Banyak data yang tidak layak untuk dipublikasikan. Banyak miskomunikasi dengan supervisor. Saya sering dimarahi. Terutama ketika menulis paper dan menentukan data yang dijadikan Figures, saya jadi tahu kalau supervisor saya ini “beda” dibandingkan dengan yang lain (IYKWIM). Sering terjadi ketika supervisor me-review draft paper lalu menilai diperlukan data tambahan, atau ada data yang perlu diperbaiki, eksperimen tambahan harus dilakukan, banyak lembur, dan harus dapat data yang bagus.
Di tahun kedua Master, paper pertama saya sebagai first
author langsung accepted dengan minor revision di Journal of
Material Chemistry C, dengan impact factor sekitar 8. Ini saya
beruntung ya, soalnya saya dengar dari Professor kalau submit paper ke jurnal
itu sering di-reject terus harus submit ke jurnal lain sampai di accepted.
Alasan reject-nya juga macam-macam: tidak sesuai scope jurnalnya lah,
data hasil risetnya kurang lah, dan lain-lain. Jadi waktu itu saya senang, lega.
Tinggal menulis satu paper lagi, saya bisa lulus.
Paper pertama saya sebagai first author di JMCC :)
Tapi ternyata, everything started to become like hell.
Kami menemukan topik yang baru, inovasi yang belum pernah ditemukan, dengan potensi besar untuk dipublikasikan di jurnal dengan impact factor tinggi. Saya melakukan eskperimen, sekitar tiga tahun, dengan pola yang sama seperti saat menulis paper pertama. Tapi, eksperimen kali ini susah banget, banyak gagalnya juga, soalnya topiknya benar-benar baru dan hampir tidak ada previous studies yang bisa dijadikan acuan. Jadi, inilah siklus yang saya lakukan:
Eksperimen.
Karakterisasi dan analisis.
Menulis report, melaporkan, diskusi.
Eksperimen lagi.
Karakterisasi dan analisis lagi.
Miskomunikasi lagi.
Menulis draft.
Perlu data tambahan.
Eksperimen lagi.
Karakterisasi dan analisis lagi.
Menulis lagi.
Begitu terus, dan terus berulang.
Lalu karena bau-bau draft paper kedua ini tidak bisa diterbitkan tepat waktu untuk kelulusan, saya melakukan eksperimen untuk topik lain yang lebih “kecil”, untuk menulis paper yang bisa disubmit ke jurnal yang waktu reviewnya cepat walaupun impact factor-nya tidak tinggi. Paper ini saya sebut paper ketiga. Jadi, saya mengerjakan dua topik sekaligus.
Double eksperimen.
Double karakterisasi dan analisis.
Double report.
Hingga suatu hari bulan Maret tahun 2024, draft paper kedua dengan topik utama disubmit ke JACS (impact factor: 15), salah satu jurnal prestigious di kalangan materials science, engineering, chemistry.
Reject tanpa review.
Masih ambisius, kami submit ke Advanced Materials
(impact factor: 27.4).
Reject tanpa review, dengan alasan kalau paper kami lebih baik diterbitkan oleh jurnal yang scopenya spesifik tentang nanotechnology, nanoscience, nanomaterials. Editor merekomendasikan paper kami untuk transfer ke Small (impact
factor: 13-15).
Lalu kami submit ke Small.
Setelah menunggu sebulan, hasil review keluar, kami mendapat reject, tapi diberi kesempatan untuk resubmission setelah papernya diperbaiki dan data-data yang diperlukan ditambah.
Di waktu yang hampir bersamaan, saya ngebut menulis paper ketiga, langsung disubmit sekitar bulan Mei 2024 ke Electrochemistry (impact factor: 3). Paper yang ini langsung mendapat minor revision setelah sekitar dua minggu review.
Eksperimen dua topik lagi.
Karakterisasi dan analisis lagi.
Menulis revisi.
Di waktu yang sama, harus menulis disertasi dan menyiapkan presentasi untuk sidang disertasi.
Paper ketiga dengan topik yang lebih “kecil” ini lebih
diprioritaskan, langsung direvisi, ditambah data yang diperlukan, langsung submit
lagi. Akhirnya paper inilah yang digunakan untuk syarat kelulusan PhD.
Paper ketiga yang akhirnya dijadikan syarat kelulusan :')
Setelah lulus dan lanjut Postdoc, saya melanjutkan eksperimen untuk paper yang dire-submit ke Small. Banyak eskperimen tambahan dilakukan. Kolaborasi riset dilakukan. Semua hal, dilakukan demi paper ini. Paper ini akhirnya dire-submit bulan November 2024, dapat major revision dari tiga reviewer di bulan Februari 2025. Komentar dari reviewer banyak banget, terutama dari reviewer tiga, selain banyak, kata-katanya juga agak jahat, huhu.
Eksperimen lagi.
Kolaborasi riset lagi.
Karakterisasi dan analisis lagi.
Diskusi lagi.
Menulis lagi.
Bikin figures lagi.
Revisi dari paper ini disubmit akhir Maret
2025, dan mendapat minor revision di bulan April.
Kami hanya diberi waktu sekitar satu minggu untuk merevisi, karena editor ingin segera menerbitkannya.
It means that paper kami, 99.99% will be accepted.
Dan benar.
Kami mendapat kabar kalau paper accepted dan sudah
terbit di early-view awal bulan Mei.
Editor bahkan mengundang kami untuk mengirimkan desain cover, yang akan bersaing untuk bisa jadi salah satu cover ketika jurnal tersebut terbit. Kami mengirim desain cover tersebut, dan ternyata terpilih sebagai frontispiece cover di upcoming issue (yang belum tahu kapan terbitnya).
Untuk pertama kalinya, paper orisinal dari lab kami tembus jurnal dengan impact factor lebih dari 10. Bahkan desain covernya terpilih.
Everyone is happy.
Everyone is excited.
The Professors are preparing for press release.
Everyone talks about it.
Everyone, but me.
I know.
I should be happy.
I should be proud of myself.
I also want to be happy about it.
But no.
That feeling just doesn’t appear.
Saya malah menangis.
Those late-night experiments.
Those weekend experiments.
Those late-night analysis.
Those late-night draft writings.
Those late-night emails.
Those being-scolded days.
Semuanya demi satu paper ini.
Saya lelah.
Mungkin saya perlu istirahat dulu, baru nanti, semoga perlahan perasaan senang dan bangga itu muncul. Lagipula, paper ini bisa menjadi salah satu senjata yang bisa saya gunakan untuk apply Postdoc, dan research fund di universitas/lab selanjutnya. Paper ini juga jadi motivasi saya untuk publish lagi, terutama untuk punya mimpi publish di jurnal dengan impact factor lebih tinggi dan lebih prestigious, ehem, JACS, atau Nature, misalnya.
Hehe.
Untuk teman-teman yang sedang berjuang demi publikasi paper,
kalian tidak sendiri kok.
Semangat yaa. ^^
Terima kasih sudah membaca. :')


Comments
Post a Comment